Tuesday, 28 October 2014

Taman Mataram #JakartaReposeProject


Jika anda sedang melewati wilayah Sisingamangaraja , Jakarta Selatan pasti anda akan melewati salah satu taman kota yaitu Taman Mataram. Area tersebut awalnya adalah sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ini, diubah oleh pemerintah setempat untuk dijadikan taman kota yang dapat dimanfaatkan oleh warga Jakarta untuk berekreasi dan berolah raga. 

Hal tersebut memang benar-benar dimanfaatkan tidak hanya dengan warga sekitar tetapi juga warga Jakarta. Aisyah merupakan seorang mahasiswa Binus International University rajin melakukan olah raga di hari minggu. Baginya fasilitas yang diberikan oleh Taman Mataram bagi ia yang hobbi berolah raga cukup lengkap. "Alat-alat fitnessnya cukup, tapi perlu di perbanyak lagi sih. Terus juga beddingnya juga enak." Ungkap Aisyah yang sedang melakukan hobbinya bersama temannya. Tidak hanya sampai situ saja fasilitas yang diberikan oleh Taman Mataram, jongging track yang panjang juga disediakan oleh Taman Mataram bagi seluruh pengunjungnya. 


Fasilitas lainnya yang disediakan oleh Taman Mataram adalah arena bermain anak.. Permainan yang disediakan pun cukup banyak sehingga bisa menampung banyak anak-anak yang sedang berkunjung ke Taman Mataram.

Kebisingan dari hiruk pikuknya kendaraan yang berlalu lalang dan sinar matahari yang menyengat tidak dapat di hindari, tetapi pengunjung Taman Mataram tidak menghiraukan hal tersebut karena kesejukan yang dihasil oleh pohon-pohon yang rindang dan bunga-bunga yang setiap harinya selalu dirawat oleh petugas-petugas di Taman Mataram.

Monday, 27 October 2014

Kerang Kiloan Pak Rudi #JakartaReposeProject


Berawal dari hobi Bapak Rudi mengkonsumsi kerang sekarang menjadi sebuah bisnis yang tidak kalah menariknya dengan restoran seafood yang sudah ada. Di kedai tersebut, pengunjung di berikan berbagai macam jenis kerang, mulai dari kerang hijau hingga kerang bulu dengan harga yang terjangkau. Pengunjung dari Kerang Kiloan pun beragam dari anak muda hingga pekerja kantoran. 

Banyaknya pelanggan yang berkunjung di Kedai tersebut membuat antrian yang cukup panjang. Begitu juga yang dialami oleh Nadira dan Holdy pengunjung Kerang Kiloan Pak Rudi. "Waktu itu sih sempet kena waiting list tapi untungnya enggak lama cuman 15 menit" ungkap kedua remaja ini. Hal tersebut juga tidak di perkirakan oleh Bapak Antes selaku manajemen dari Kerang Kiloan Pak Rudi. "Enggak nyangka juga kalo sampe antri-antri. Demandnya ternyata tinggi. Waktu itu juga pernah udah jam 11 malem, udah sold out, udah rapih-rapihin meja, masih ada aja pengunjung yang dateng" cerita Bapak Antes.

Pengunjung yang datang pun tidak hanya untuk mencicipi kenimkatan dari kerang-kerang yang disediakan tetapi juga digunakan untuk bersosialisasi. Hal tersebut juga merupakan salah satu faktor yang membuat terjadi antrian. "Sebenernya makannya paling cuman sebentar. Tapi yang lama itu ngobrolnya. Kan enggak mungkin kita suruh mereka udahan." jelas Bapak Antes mengapa terjadi antrian yang panjang untuk menikmati kerang-kerang Pak Rudi. 

Selain itu, faktor tempat yang cukup sempit mempengaruhi lambannya layanan dari Kedai tersebut. "Waktu itu pernah pesen tapi yang keluar bukan pesenannya kita gitu. Mungkin pelayannya juga udah kecapean karena banyak banget yang dateng." ungkap Nadira. Hal tersebut juga di benar kan oleh Bapak Antes karena tempat yang tidak cukup besar dan dapur yang sempit membuat pelayanan di Kedai tersebut tidak begitu maksimal.

Namun, pihak Kerang Kiloan sudah mengatasi permasalahan yang ada. Pada awal bulan Oktober 2014, mereka baru membuka kedai keduanya di Jalan Lapangan Bola, Kebon Jeruk. Tempat berlantai dua ini, memang berbeda jauh dengan yang di Mayestik. Jam bukanya pun dari jam 11 siang - 3 sore kemudian dibuka lagi jam 4 sore.

Taman Salam #JakartaReposeProject


Siapa yang mengira jika ada sebuah Taman di antara sempitnya pemukiman warga. Taman Salam merupakan sebuah taman di Jalan Jatimurni, Jakarta Selatan dengan luas 5.000 meter persegi. Taman yang tadinya hanya lahan kosong milik warga yang kemudian di beli oleh Pemprov dan dijadikan sebuah Taman Kota.

Sama halnya dengan taman-taman kota lainnya dibangun untuk menambah ruang hijau. Selain itu, juga digunakan untuk bersantai dan berolahraga. Namun ada keunikan tersendiri yang dimiliki oleh Taman Salam. Karena kontur tanah yang berunduk, maka dibuatlah sebuah tempat duduk berunduk (tribune) yang membentuk hampir setengah lingkaran. Seperti halnya kita menonton sebuah pertunjukan dimana penonton duduk mengelilingi pertunjukan. Selain itu, suasana yang sangat alami benar-benar dapat dirasakan oleh semua pengunjung. Banyak pohon-pohon yang rindang dan suaru air yang mengalir dari Kali Ragunan membuat suasa yang damai tercipta secara alami di Taman Salam. "Disini enak banget. Suasananya damai. Enggak berisik suara mobil" uangkap Iin yang sedang melakukan tugas kampusnya di Taman Salam.

Namun Kali Ragunan yang melewati Taman Salam ini dapat dikatakan tidak terawat karena masih banyak sampah dari Kali tersebut yang terkadang menciptakan bau yang tidak sedap apabila angin berhembus. "Kalinya bau banget kak. Kadang bau eek" cerita Raihan dan teman-temannya yang setiap hari selalu bermain di Taman Salam.


Taman yang baru di buka di awal tahun 2014, setiap harinya selalu dibersihkan oleh petugas yang mengelola Taman Salam. "Setiap hari pasti dibersihin, ya di sapu tamannya, disiram. Semuanya juga demi kenyamanan pengunjung. Kalo pengunjungnya seneng pasti kita juga seneng." ungkap Bapak Budi yang sedang menyiram Taman. Karena di aliri oleh Kali Ragunan, para petugas menggunakan air kali untuk menyiram tanaman-taman di Taman Salam. Hal tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh petugas-petugas Taman Salam.


Taman Salam memiliki jam buka dan jam tutup. Hal tersebut ditujukan agar tidak ada warga atau masyarakat menggunakan Taman untuk hal-hal yang tidak baik. Hal itu juga atas saran dari warga sekitar agar Taman benar-benar dijadikan tempat yang bermanfaat. Pada setiap hari Selasa dan Jumat sore, selalu ada kegiatan rutin yang di buat oleh warga sekitar yaitu senam sore. Selain itu, fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Taman Salam untuk berolah raga pun beragam. Ada jogging track, lapangan basket dan fasilitas fitness. Selain sarana untuk berolah raga, Taman Salam juga menyediakan arena bermain untuk anak-anak. Tidak sampai situ saja, masih banyak lahan kosong yang dapat dijadikan untuk arena bermain dan sebagainya di Taman Salam.




Monday, 29 September 2014

A Man of Leisure No. 8 #JakartaReposeProject


Pria yang sudah 7 tahun tidak bekerja kantoran ini biasa menghabiskan waktu luangnya berolahraga. Olahraga yang sering ia lakukan adalah tennis. "Kebetulan rumah saya deket nih sama lapangan tennis, jadi udah rutinitas setiap pagi main tennis" jelasnya. Bukan hanya karena rumahnya saja yang dekat dengan lapangan tennis, namun pada saat masih bekerja pun ia bersama teman-teman instasinya atau teman-teman klub tennis sudah sering berolah raga. Baginya pengalaman yang paling mengesankan pada saat melakukan hobbinya tersebut adalah pada saat memenangkan pertandingan karena baginya di dalam pertandingan tersebut ada kebersamaan dan kekompakkan yang tidak bisa tergantingan dengan apapun.

Pria yang sudah memiliki tiga anak ini, biasa menghabiskan waktu luangnya pada hari sabtu minggu ke tempat renang seperti di Citos, Gelanggang Olah Raga di Jakarta Timur dan Gelanggang Remaja di Ragunan. "Karena anak saya yang paling kecil itu suka banget main air, saya juga hobbi sih berenang" jelas Bapak Udin sambil mengunyah cemilan yang disediakan. Selain itu, ia juga cukup sering ke Mal untuk berbelanja atau mencari hiburan saja. Walaupun tidak selalu Mal dengan alasan bahwa jika di Mal ia lebih konsumtif dan ada pandangan-pandangan di agamanya yang bisa merusak imannya.

Bagi pria yang tingal di Jakarta Selatan ini merasa waktu luang yang ia habiskan dengan keluarganya ia gunakan untuk menghilangkan rasa jenuh istrinya dan anaknya. "soalnya istri dari senin sampai jumat, kegiatannya hanya dapur, urus anak" jelasnya. Dengan mengajak istri dan anaknya pergi ke tempat rekreasi sudah memberikan kebahagian bagi dirinya sendiri beserta anak dan istrinya. 

Menurutnya maraknya pembangunan Mal di Jakarta, kasihan pasar tradisionalnya. Ia memberikan contoh Mal yang dekat dengan rumahnya yaitu Pejaten Village. "Itu kan Pejaten Village berdekatan dengan Pasar Minggu jadi berpengaruh" jelas Bapak Udin. Kelebihan Mal yang nyaman dengan penyejuk ruangan dan semua harga nett tidak ada tawar menawar. "Saya lebih seneng belanja di Mal di banding di Pasar Tradisional, soalnya saya enggak bisa nawar" ceritanya dengan tertawa. Baginya kedua tempat tersebut ada kelebihan dan keunikannya masing-masing.

"PRJ yang sekarang udah seperti Mal" ungkap pria asli betawi ini. Baginya PRJ atau Pekan Raya Jakarta merupakan ulang tahun suku betawi. Namun perayaan tersebut sudah seperti pada saat dulu ia mengunjungi PRJ. Baginya PRJ saat ini sudah seperti Mal karena sudah tidak ada hiburan rakyatnya, pertunjukan budaya-budaya jakartanya. Saat ini, yang ia lihat hanya diisi dengan pameran motor, mobil sampai jualan ban. Sudah tidak ada unsur pendidikannya. Pendapat Bapak Udin, begitu biasa ia di panggil, dulu banyak penampilan tarian daerah dan makanan khas betawi. Beberapa penjelasan diatas merupakan alasan-alasan mengapa Bapak Udin sudah tidak pernah lagi mengunjungi Jakarta Fair.

Bagi pria yang rata-rata pengeluarannya 400 ribu ini tempat rekreasi yang murah meriah merupakan pilihan utamanya untuk menghabiskan waktu luang dengan keluarga kecilnya. Tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu-waktunya adalah Kebun Binatang Ragunan. "Ragunan kalo bukan liburan hari raya atau libur anak sekolah itu enak banget buat main bola. Kalo disana saya enggak jajan dek, saya bawa makanan dirumah, gelar tiker. Kenikmatannya disitu" ceritanya. Selain itu, KB Ragunan juga mengalami peningkatan dari segi fasilitas-fasilitasnya. Sekarang bisa sepedahan, ada penyewa sepedanya juga. Namun di balik fasilitas-fasilitasnya yang lebih baik, perawatan di binatangnya malah semakin menurun. "Saya kurang tau sih apa karena makanannya yang mahal atau apa, tapi kasian liat binatang-binatangnya seperti kurang terurus" jelas Bapak Udin.

Sunday, 28 September 2014

A Man of Leisure No. 7 #JakartaReposeProject


Kemanapun ia menekan gas mobil pasti akan berhadapan dengan kemacetan Ibu Kota Jakarta, begitulah pekerjaan Sugiman sebagai supir pribadi. Bekerja dari pagi hari hingga matahari terbenam membuat fisik dan pikirannya terkuras. Hari Sabtu dan Minggu merupakan hari dimana Sugiman memanfaatkan waktunya untuk beristirahat dan bertemu keluarganya karena pada saat hari kerja ia harus tinggal di Jakarta Selatan karena tuntutan pekerjaannya. Namun waktu istirahatnya terkadang harus ia korbankan untuk membantu istri dan bersenang-senang dengan kedua buah hatinya. Kegiatan yang rutin ia lakukan bersama anaknya adalah bermain bola karena kedua anaknya adalah laki-laki. Mereka biasa bermain di Lapangan Bola sebuah SMK dekat rumahnya.

Memang sudah hobbi dari sejak mudanya pria berumur 53 tahun ini bermain bola. Sehingga anak-anaknya pun tidak lepas dari hobbi sang ayah. Pada saat sedang bermain dengan kedua buah hatinya, Pak Giman begitu biasa ia dipanggil, selalu mengajarkan anak-anaknya trik-trik yang ia tahu saat bermain bola. "Kalo sama anak-anak ya ngajarin cara main bola. Kadang gantian saya jadi yang nendang, Ilham jadi keepernya" jelas Pak Giman. Selain itu, ia juga sering ke tempat berenang umum dekat rumahnya di Ciputat. "Anak-anak suka banget kalo main air. Asik gitu" lanjut ceritanya. Pengalaman bermain air yang mengesankan bagi Pak Giman dan keluarganya adalah pada saat mereka mengunjungi salah satu tempat bermain air di Taman Mini Indonesia Indah.

Memang sudah berkali-kali Pak Giman dengan keluarganya ke TMII, tidak hanya sekedar piknik biasa, menurutnya di TMII ia bisa mengedukasi anak-anaknya dengan mengunjungi taman bunga, taman burung dan beberapa tempat lainnya. "Di Taman Mini banyak tempat jadi bisa kemana-mana sambil ngajarin anak-anak" ceritanya dengan seru. Bagi Pak Giman, atraksi kereta gantung yang dimiliki oleh Taman Mini merupakan salah satu atraksi yang di sukai oleh anak-anaknya. "Pas naik kereta gantung bisa liat pulau-pulau. Asik gitu loh. Yang penting anak seneng". Untuk mencapai Taman Mini, Pak Giman dan keluarga harus naik turun kendaraan sebanyak tiga kali. Baginya dengan naik kendaraan umum, pengeluarannya sangat besar. Impiannya suatu hari, ia sudah tidak perlu menggunakan kendaraan umum melainkan kendaraan pribadinya yaitu motor. "Pinginnya nanti Rizki bonceng Ilham terus saya bonceng Mba Mayang. Jadi bisa ngehemat pengeluaran mba" ungkapnya.

Selain TMII, Pak Giman dan keluarga juga sering pergi ke Kebun Raya Bogor pada saat liburan anak sekolah. Hanya dengan kereta, mereka sudah sampai ke Bogor. Walaupun di Bogor hanya mengunjungi Kebun Raya, waktu yang ia habiskan bersama keluarganya sangat mengesankan. Baginya tidak ada lagi yang dapat membuatnya bahagia kecuali waktu bersama keluarga kecilnya.

Pria yang sudah tinggal di Jakarta sejak tahun 1993 ini, memang sudah sering menngunjungi Monas pada masa mudanya. Tidak hanya bersama teman-temannya dulu, ia juga menghabiskan waktunya di Monas dengan wanita idamannya yang sekarang menjadi istrinya. Walaupun baginya tidak ada kisah-kisah yang mengesankan. "Ngapain ya? Biasa aja ah mba, paling cuman jajan makanan terus ngobrol-ngobrol" ceritanya sambil tertawa. Beda halnya ketika bersama dengan anak-anaknya sekarang. "Kalo sama anak-anak, main layangan, terus ke museum yang ada di Monas, naik ke puncak Monas, liat Jakarta dari atas. Asik gitu loh" cerita Pak Giman. 

Karena sudah berkeluarga keinginannya untuk membuat keluarganya bahagia belum saja tercukupi. Keinginan Pak Giman untuk membawa seluruh keluarganya ke Jakarta Fair dan Dufan belum tercapai. "Pingin banget bawa anak-anak ke Jakarta Fair, walaupun saya udah tau, saya pingin anak saya juga tau apasih Jakarta Fair" jelasnya sambil meneguk secangkir teh hangat. Kendala yang ia hadapi saat ini adalah mahalnya biaya masuk ke Jakarta Fair dan lokasinya yang terlalu jauh. "Dulu pas masih di Monas saya pernah dateng. Saya sampe terheran-heran Jakarta Fair bagus banget. Ya makanya saya pingin bawa Ilham sama Rizki kesana". Begitu juga dengan Dufan, karena biaya masuknya yang cukup mahal, tidak memungkinkan Pak Giman untuk membawa istri dan anak-anaknya kesana. "Masuk Ancolnya udah bayar, terus masuk Dufannya bayar lagi. Belom lagi pas sampe Dufannya buat jajan-jajan. Ya palingan cuman keliling komplek Ancol sama main di pantainya itupun juga jarang-jarang" cerita Pak Giman.

Pengalaman saat masih mudanya yang tidak pernah ia lupakan adalah pada saat ia mengunjungi pameran pesawat terbang di Bandara Soekarno-Hatta. Baginya pameran itu sangat membuatnya terheran-heran dengan atraksi-atraksi pesawat terbang yang bisa berputar-putar yang tidak selayaknya sebuah pesawat melakukan hal seperti itu dan sebuah pesawat bisa mengeluarkan asap yang begitu tebal di langit. Namun, sayangnya acara tersebut sudah tidak ada lagi baginya. Padahal jika setiap tahunnya ada, ia ingin mengajak anak-anaknya ke pamerah tersebut.